LAPORAN MEKANIKA FLUIDA
PNGUKURAN DEBIT SECARA LANGSUNG DAN
TIDAK LANGSUNG
OLEH :
KELOMPOK 1
1.
ABDUL
WAHID (C1J011014)
2.
BAIQ
DENDE NOVITASARI (C1J011014)
3.
HULFITA
ARIANI (C1J011033)
4.
IGA
DAINTY (C1J011037)
5.
ROZAN
FIKRI (C1J011071)
6.
TRI
DEWI NOVITASARI (C1J011082)
7.
ZURIANI
(C1J011094)
8.
HARIS
MUNANDAR (C1J211030)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN
AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MATARAM
2013
277 detik : 3 = 92,3 detik
=
1-0,1166 (
)
274 : 3 = 91,3 detik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Air adalah salah satu
hal yang tidak bisa dipisahkan lagi dalam kehidupan sehari-hari. Air digunakan
dalam banyak hal, baik dalam kegiatan sehari-hari, industri, peternakan maupun
pertanian. Air merupakan zat yang mampu mengalir dengan molekul-molekulnya yang
bergerak dan mampu berbentuk seperti wadah penampungnya.
Pada kegiatan
pertanian, air merupakan hal yang sangat penting. Terutama pemenuhan kebutuhan
pada lahan persawahan yang merupakan tempat penanaman padi yang akan menjadi
kebutuhan primer umat manusia. Air yang biasa digunakan pada lahan pertanian
biasanya dialiri melalui irigasi. Namun, pada musim kemarau air pada irigasi
yang tersedia biasanya mengalami penurunan volume dan debit.
Debit
adalah sejumlah zat
cair yang mengalir pada tiap satuan waktu sepanjang bagian dari alirannya.
Debit dipengaruhi oleh viskositas atau kekentalan suatu fluida, lintasan alir
suatu fluida, volume, tinggi air, penghambat (misalnya: sampah pada irigasi
atau sungai) dan lain sebagainya. Pada praktikum ini dilakukan pengukuran debit
dengan menggunakan pelampung dan bendung untuk mengetauhui debit air pada
irigasi pertanian.
1.2.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah
untuk mengetahui debit air dengan menggunakan bendung segitiga, dendung
segiempat, pelampung tangkai dan pelampung permukaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sungai
Sungai merupakan salah satu unsur penting dalam siklus
air di bumi, oleh karena itu pemahaman perilaku sungai dan pengelolaannya
merupakan pengetahuan penting dalam keteknikan pertanian, demikian pula ahli
bidang ilmu lain. Ahli lingkungan misalnya, meneliti sedimen sungai yang
berasal dari buangan limbah serta pengaruhnya terhadap lingkungan. Sedangkan
ahli teknik keairan, mengelola sungai untuk keperluan reservoir,
perencanaan bangunan dan penanggulangan daya rusak air. Untuk keperluan
tersebut, diperlukan pengetahuan tentang sungai dan pengalirannya, seperti
morfologi sungai, sejarah perkembangan sungai serta pola pengaliran sungai.
Sungai mempunyai fungsi mengumpulkan curah hujan dalam suatu daerah tertentu
dan mengalirkannya ke laut. Sungai itu dapat digunakan juga untuk
berjenis-jenis aspek seperti pembangkit tenaga listrik, pelayaran, pariwisata,
perikanan, dan lain-lain. Dalam bidang pertanian sungai berfungsi sebagai
sumber air yang penting untuk irigasi.
2.2. Aliran Air
Sungai
adalah jalur aliran air di atas permukaan bumi yang di samping mengalirkan air
juga mengangkut sedimen yang terkandung dalam air sungai tersebut. Jadi sedimen
terbawa hanyut oleh aliran air, yang dapat dibedakan sebagai muatan dasar (bed
load) dan muatan melayang (suspended load). Sedang muatan melayang
terdiri dari butiran halus, senantiasa melayang di dalam aliran air. Untuk
butiran yang sangat halus, walaupun air tidak lagi mengalir, tetapi butiran
tersebut tidak mengendap serta airnya tetap saja keruh dan sedimen semacam ini
disebut muatan kikisan (wash load). Untuk kebutuhan usaha pemanfaatan
air, pengamatan permukaan air sungai dilaksanakan pada tempat-tempat dimana
akan dibangun bangunan air seperti bendungan, bangunan- bangunan pengambil air
dan lain-lain. Utnuk kebutuhan usaha pengendalian sungai atau pengaturan
sungai, maka pengamatan itu dilaksanakan pada tempat yang dapat memberikan
gambaran mengenai banjir termasuk tempat-tempat perubahan tiba-tiba dari
penampang sungai.
Aliran air yang terjadi di permukaan tanah setelah
jenuhnya tanah lapisan permukaan disebut runoff. Air hujan yang jatuh di
permukaan bumi akan menjadi aliran permukaan (runoff) setelah tanah di lapisan
permukaan jenuh oleh air hujan dan proses hujan memiliki intensitas lebih besar
dari laju perkolasi. Aliran permukaan kemudian saling bertemu pada jaringan
pengaliran yang kecil sebagai anak-anakan sungai. Aliran tersebut terus
berkumpul dan selanjutnya akan bertemu di sungai sebagai aliran air yang lebih
besar dimana aliran permukaan berpadu dengan aliran bawah permukaan (interflow)
dan aliran dasar (base flow) (Sosrodarsono dan Takeda, 1993).
2.3. Bendung
Bendung adalah pembatas yang dibangun melintasi sungai yang dibangun untuk
mengubah karakteristik aliran sungai. Dalam banyak kasus, bendung
merupakan sebuah kontruksi yang jauh lebih kecil dari bendungan yang
menyebabkan air menggenang membentuk kolam tetapi mampu melewati bagian
atas bendung. Bendung mengizinkan air meluap melewati bagian atasnya sehingga
aliran air tetap ada dan dalam debit yang sama bahkan sebelum sungai dibendung.
Bendung bermanfaat untuk mencegah banjir, mengukur debit sungai, dan
memperlambat aliran sungai sehingga menjadikan sungai lebih mudah dilalui
(Anonim, 2013).
2.4. Debit
Menurut
Asdak (1995), debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang
melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Debit sungai adalah
volume air yang mengalir melalui suatu penampang lintang pada suatu titik
tertentu per satuan waktu, pada umumnya dinyatakan m3/detik. Debit sungai
diperoleh setelah mengukur kecepatan air dengan alat pengukur atau pelampung
untuk mengetahui data kecepatan aliran sungai dan kemudian mengalirkannya
dengan luas melintang (luas potongan lintang sungai) pada lokasi pengukuran
kecepatan tersebut.
Debit aliran adalah laju air ( dalam
bentuk volume air ) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan
waktu.Dalam system SI besarnya debti dinyatakan dalam satuan meter kubik per
detik ( m3/dt).Sedangkan dalam laporan-laporan teknis, debit aliran
biasanya ditunjukan dalam bentuk hidrograf aliran.Hidrograf aliranadalah suatu
perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik biogeofisik yang
berlangsung dalam suatu DAS oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS dan/ atau
adanya perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim local.
Teknik pengukuran debit aliran
langsung di lapangan pada dasarnya dapat dilakukan melalui empat katagori
( Gordon et al., 1992):
1.
Pengukuran volume air sungai
2.
Pengukuran debiut dengan cara mengukur kecepatan
aliran dan menentukan luas penampang melintang sungai.
3.
Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia (
pewarna) yang dialirkan dalam aliran sungai (substance tracing method).
4. Pengukuran
debit dengan membuat bangunan pengukuran debit seperti weir ( aliran
air lambat) atau flume ( aliran cepat).
2.5. Kategori
Pengukuran Debit
Pada katagori pengukuran debit yang
kedua, yaitu pengukuran debit dengan bantuan alat ukur current meter atau
sering dikenal sebagai pengukuran debit melalui pendekatan velocity-area
method yang paling banyak digunakan dan berlaku untuk kebanyakan
aliran sungai. Current meter berupa
alat yang berbentuk propeller dihubungkan dengan kotak pencatat ( monitor yang
akan mencatat jumlah putaran selama propeller tersebut berada dalam air)
kemudian dimasukan ke dalam sungai yang akan diukur kecepatan alirannya.Bagian
ekor alat tersebut yang berbentuk seperti sirip akan berputar karena gerakan
lairan air sunagi.Kecepatan lairan air akan ditentukan dengan jumlah putaran
per detik yang kemudian dihitung akan disajikan dalam monitor kecepatan
rata-rata aliran air selama selang waktu tetentu. Pengukuran dilakukan dengan
membagi kedalaman sungai menjadi beberapa bagian dengan leber permukaan yang berbeda
(Shogiie, 2012).
BAB
III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal
November 2013 di Saluran Irigasi Tanjung Karang, Ampenan, Mataram.
3.2.
Alat dan Bahan Praktikum
Adapun alat dan
bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah pelampung tangkai, pelampung
permukaan, bendung segitiga, bendung segiempat, meteran, stopwatch, dan alat tulis.
3.3.
Prosedur Kerja
Adapun
langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
3.3.1.
Menghitung Debit Aliran Menggunakan
Pelampung Tangkai Dan Permukaan.
1. Disiapkan
alat dan bahan praktikum
2. Diukur
lebar saluran
3. Diukur
panjang saluran
4. Dialirkan
pelampung tangkai dialiran sungai sejauh 50 m dan dicatat waktunya.
5. Dilakukan
3 kali ulangan.
6. Diukur
kedalaman tangkai
7. Dialirkan
pelampung permukaan dialiran sungai sejauh 50 m dan dicatat waktunya.
8. Dilakukan
3 kali ulangan.
9. Dihitung
waktu rata-rata untuk pelampung tangkai dan permukaan
10. Dihitung
kecevatan aliran untuk pelampung tangkai dan permukaan
11. Dihitung
luas penampan aliran
12. Dihitung
debit aliran untuk pelampung tangkai dan permukaan
3.3.2.
Menghitung Debit Aliran Menggunakan Bendung Segitiga Dan Bendung Segiempat.
1.
Disiapkan alat dan bahan praktikum.
2.
Dipasang bendung segitiga
3.
Diukur nlai D, h, dan B.
4.
Dihitung nilai koefisien (k).
5.
Dihitung debit aliran
6.
Dipasang bendung segiempat.
7.
Diukur nlai D, h, b dan B.
8.
Dihitung nilai koefisien (k).
9.
Dihitung debit aliran.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1.
Hasil Pengamatan
Tabel
1. Hasil Pengamatan Menggunakan
Pelampung Tangkai dan Pelampung Permukaan
No.
|
Jenis
Pelampung
|
Panjang
Saluran
|
Lebar Saluran
|
|
Waktu
|
|
|
|
(meter)
|
(meter)
|
1
|
2
|
3
|
1.
|
Tangkai
|
50
|
2,6
|
88 det.
|
102 det.
|
87 det.
|
2.
|
Permukaan
|
50
|
2,6
|
94 det.
|
95 det.
|
85 det.
|
Tabel
2. Hasil Pengamatan Menggunakan Bendung Segitiga dan Bendung Segiempat.
No.
|
Jenis Bendung
|
D (cm)
|
h (cm)
|
B (cm)
|
b (cm)
|
1.
|
Segitiga
|
17
|
5
|
98
|
-
|
2.
|
Segiempat
|
10,5
|
7,5
|
98
|
20,5
|
4.2.
Perhitungan
Pengukuran debit air secara
tidak langsung kayu dan tangkai dengan menggunakan pelampung
1. Pelampung
tangkai
Diketahui :
1. Panjang lintasan/saluran = 50 m
2.
Lebar saluran 2,6 m dengan interval
50 cm
3. Ukuran setiap interval
Interval 50 :
1 = 0
|
2 = 44
cm
|
3 = 45 cm
|
4 =42
cm
|
5 = 48
cm
|
6 =
0
|
Hitung Σh :
Σh = 44
+ 45 + 42 + 48 = 179 cm = 1,79 m
A = Σh
.Δx
= 1,79 x 50 = 89,5 m
Penyelesaian :
1. Pengukuran
pelampung tangkai
Ulangan 1
1
menit 28 detik
88 detik
2
1
menit 42 detik
102 detik
3
1 menit 27 detik = 87 detik
+
λ =
=
= 0,16
= 1- 0,1166 (
)
= 1- 0,1166 (0,92- 0,1)
= 1- 0,1166 (0,82)
= 1- 0.096
= 0,9
= 0,542 x 0,9
=0,49 m/detik
= 89,5 m2x 0,49 m/detik
= 43, 855 m3/s
2. Pelampung
permukaan
Ulangan
: 1
1
menit 34 detik = 94 detik
2
1
menit 35 detik = 95 detik
3
1 menit 25 detik = 85 detik +
Penyelesaian :
= 0, 55 x 0,86
= 0, 47 m/detik
= 89,5 m2 x
0,47 m/detik
= 42,065 m3/detik
3. Bendung
segitiga
Diketahui :
Diameter (D) =
17 cm
Tinggi (h) =
5 cm
B =
98 cm
Penyelesaian :
k =
81,2 +
+
( 8,4 +
)
+ (
-
0,09 )
= 81,2
+
+
( 8,4 +
)
+ (
-
0,09 )
=
81,27
Q =
=
= 4543,13 cm3/detik
4. Bendung
Segiempat
Diketahui :
Diameter (D) =
17 cm
Tinggi (h) =
5 cm
B =
98 cm
b =
20,5 cm
Penyelesaian :
k = 107,1 +
+
14,2
+
25,7
+
2,04
= 107,1 +
+
14,2
+
25,7
+
2,04
= 104,174
Q =
=
= 43863,68 cm3/detik
BAB
V
PEMBAHASAN
Air adalah hal yang sangat dibutuhkan dan tidak bisa
dipisahkan lagi dalam kehidupan sehari-hari. Terutama untuk memenuhi kebutuhan
air dalam pertanian. Pada praktikum kali ini, dilakukan perhitungan debit air
pada irigasi tanjung karang, Ampenan, Mataram.
Dilakukan empat kali percobaan dengan dua pelampung
yang berbeda. Didapatkan hasil yang berbeda pada pelampung tangkai dan
pelampung permukaan. Nilai debit pada pelampung tangkai lebih tinggi
dibandingkan nilai debit pada pelampung permukaan. Selisih nilai debit keduanya
sebesar 1,79 m3/detik. Selisih ini bisa jadi karena perbedaan berat jenis
pelampung. Hal lain, dapat disebabkan karena letak atau posisi saat dialiri
diatas permukaan air. Pada pelampung permukaan, posisi pelampung berada pada
permukaan air sungai, sehingga debit air yang dihasilkan dipengaruhi oleh angin
dan tekanan atmosfer yang ada di udara sehingga debit air yang dihasilkan pun
lebih kecil dibandingkan pelampung tangkai.
Pelampung tangkai sebagian dari badanya tenggelam
atau berada didalam aliran air sungai, sehingga nilai debit air yang dihasilkan
lebih besar. Hal tersebut juga dikarenakan aliran sungai yang berada dibawah
permukaan ikut mendorong pelampung tangkai, sehingga debitnya pun lebih besar
dibandingkan nilai debit air dengan menggunakan pelampung permukaan.
Baik pelampung tangkai maupun pelampung permukaan
memiliki kecepatan aliran yang hampir sama. Waktu tempuh pun hampir sama. Hal
ini membuktikan, baik pelampung tangkai dan pelampung permukaan memiliki
kemampuan tempuh yang sama besar terlepas dari bagian pelampung yang berada di
atas permukaan air maupun yang tenggelam.
Perhitungan nilai debit air menggunakan bendung pada
dasarnya memiliki tujuan yang sama dengan menggunakan pelampung tangkai dan
permukaan. Namun nilai debit yang dihasilkan berbeda sangat jaug. Penggunaan
bendung segitiga menghasilkan debit sebesar 4543,13 cm3/detik,
sedangkan bendung segi empat menghasilkan debit sebesar 43863,68
cm3/detik. Nilai yang bebeda jauh ini menunjukkan bahwa bentuk
bendung mempengaruhi debit aliran air suatu sungai. Penggunaan bendung segitiga
menunjukkan bahwa aliran air mampu
dibendung lebih baik. Karena bentuk dari bendung segitiga yang mengerucut,
sehingga air tidak mudah untuk melewati bendung seggitiga. Bendung ini sangat
cocok digunakan pada musim kemarau, dimana pembendungan air guna menyimpan
dalam menghadapi musim kemarau sangat
dibutuhkan.
Lain halnya dengan bendung segiempat. Bendung ini menghasilkan
nilai debit air yang sangat besar. Hal ini menyimpulkan bahwa air yang lewat
melalui bendung ini banyak, sehingga debit airnya pun besar. Bendung ini sangat
baik digunakan pada daerah pertanian yang memiliki kawasan luas untuk diairi.
Selain bentuk dan kecepatan aliran air, luas permukaan juga
mempengaruhi debit air. Terlihat pada pelapung tangkai dan pelampung permukaan
yang memiliki luas permukaan yang berbeda sehingga menghasilkan debit air yang
berbeda pula. Begitu juga dengan penggunaan bendung, yang masing-masing bendungnya
memiliki luas permukaan yang berbeda. Pada bendung segitiga, jalan lewatnya air
sempit karena bentuknya yang mengkerucut, sehingga debit air pun kecil. Begitu pula dengan
bendung segi empat yang memiliki jalur air yang lebar dan luas sehingga air
leluasa melauinya.
BAB
IV
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
1. Nilai
debit menggunakan pelampung tangkai lebih besar dibandingkan menggunakan
pelampung permukaan.
2. Pelampung
permukaan hanya terapung diatas aliran sungai.
3. Sebagian
pelampung tangkai berada dibawah permukaan aliran sungai.
4. Bendung
segitiga memiliki nilai debit yang lebih kecil dibandingkan bendung segi empat.
5. Bendung
segi empat memiliki jalur lewat air lebih lebar dibandingkan bendung segitiga
yang mengerucut.
6. Debit
air dipengaruhi oleh kecepatan aliran sungai, luas permukaan, serta alat yang
digunakan untuk menghitungnya.
6.2. Saran
Pemilihan irigasi agar
ditentukan terlebih dahulu dengan pasti, agar tidak kebingungan untuk mencari
tempat lain. Bila perlu dilakukan survei terlebih dahulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar